Bangsa Dengan Lidah Fleksibel

by - Thursday, October 13, 2016


“Apa yang membuatmu bersyukur menjadi orang Indonesia?”

Jika pertanyaan itu dilontarkan kepada kalian (para pengunjung blog ini yang berkebangsaan Indonesia), apa jawaban dari kalian? Apakah kalian akan menjawab karena kekayaan alam Indonesianya? Ataukah keberagaman budaya bangsanya? Ataukah apa?

Kalau saya selaku penulis sih, yang membuat PALING bersyukur bukan karena kekayaan atau budayanya. Melainkan adalah lidahnya, atau mungkin lebih tepatnya logatnya. Kalau kalian orang Indonesia tulen, pasti mengerti dengan apa yang saya maksudkan. Orang Indonesia yang terkenal ramah di mata warga asing itu, ternyata bukan hanya ramah dari sikapnya saja, tetapi juga lidahnya. Coba saja jika kita (orang Indonesia pada umumnya), yang sekalipun bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus, jika disuruh meniru cara membaca (dari sebuah teks) dari seseorang berkebangsaan Inggris, saya yakin cukup dengan beberapa kali membaca dan penyesuaian, kita bisa meniru cara membaca atau berbicaranya (logatnya) dengan hampir mirip. Dan ini berlaku bukan hanya untuk bahasa Inggris saja, tetapi hampir keseluruhan bahasa dunia.

Coba bandingkan dengan orang Jepang yang disuruh mengucapkan kata-kata berbahasa Inggris, saya yakin mereka akan sangat kesulitan, bahkan mungkin banyak kata yang cara pelafalannya akan berbeda dari kata aslinya. Hal ini karena secara bahasa dan struktur kepenulisannya sangat sulit untuk disesuaikan dengan bahasa Inggris. Di antaranya yaitu, di Jepang tidak ada huruf ‘L’, sehingga kata apapun yang ada huruf tersebut akan berubah menjadi ‘R’. Kemudian juga, dalam huruf-huruf Jepang hanya ada 6 huruf yang bisa berdiri sendiri, yaitu a, i, u, e, o, dan n, serta huruf konsonan selain huruf  n tidak bisa dimatikan (karena tidak bisa berdiri sendiri), sehingga hal ini tentu saja membuat orang-orang Jepang yang sudah terbiasa dengan logatnya akan kesulitan untuk melafalkan kata-kata dalam bahasa asing yang terdapat huruf L dan huruf-huruf mati. Dan ini bukan hanya berlaku untuk bahasa Inggris, melainkan pula bahasa-bahasa lainnya, termasuk pula bahasa Indonesia yang bila dilafalkan orang Jepang akan terdengar sekali logat Jepangnya.

Mungkin bila orang-orang dari Asia yang memiliki logat semacam itu, adalah suatu hal yang wajar bila kesulitan berbicara bahasa Inggris. Tetapi siapa sangka, ternyata orang-orang dari satu benuanya sendiri (Eropa) jarang yang mau menggunakan bahasa Inggris. Ternyata hal ini dikarenakan warga dari Negara-negara di Eropa ini sangat bangga dengan bahasa dan logat mereka sendiri, sehingga mereka jarang mau berbicara dengan bahasa Inggris dan jikalaupun berbicara dengan bahasa Inggris, akan terdengar sekali bila logatnya berbeda.

Dari tadi sudah membicarakan bagaimana orang-orang asing yang kesulitan untuk berbicara dengan bahasa Internasional (Inggris), jadi apakah orang Inggris itu memang ahli dalam berbicara bahasa Inggris? Tidak demikian, mungkin mereka memang sangat mahir dengan bahasa ‘ibu’ mereka sendiri. Tetapi coba jika disuruh untuk berbicara selain bahasa ‘ibu’ mereka. Contohnya coba tantang orang bule tersebut untuk menirukan kita berbicara bahasa Indonesia. Apa yang akan terjadi? Pasti akan terdengar sangat kaku.

Kesulitan berbahasa dengan logat asalnya ini terjadi bukan hanya untuk bahasa Inggris saja, melainkan pula bahasa-bahasa lain oleh orang-orang di luar Negara asalnya. Salah satu contohnya, yaitu orang-orang China yang tidak bisa melafalkan huruf ‘R’, akan kesulitan untuk berbahasa Arab yang huruf ‘R’-nya terdapat penekanan secara fasih. Sehingga, adalah sesuatu yang istimewa dan mengagumkan bilamana ada orang China yang bisa berbahasa Arab atau hafal Al-Qur’an secara fasih. Dan hal mengagumkan ini, tidak lama aku ketahui dari berita-berita bahwa ada beberapa wanita yang baru saja diwisuda dari sebuah lembaga di China.

Nah, di atas tadi merupakan screenshot berita yang saya dapatkan dari PustakaTahfidz. Mendengar berita semacam itu membuat saya terkagum dan termotivasi, tetapi sekaligus malu. Ya, malu. Orang-orang China yang sulit dalam berbahasa Arab karena logatnya yang berbeda saja bisa menjadi seorang hafidzah, sedangkan saya? Padahal orang Indonesia yang logatnya bisa dengan persis seperti orang Arab, tetapi masih saja belum bisa menghafal Al-Qur’an. Jelas, hal ini adalah sesuatu yang memalukan, tetapi sekaligus ini membuat saya bisa bersemangat dan yakin. Orang China yang kesulitan logat Arab saja bisa, maka saya pasti juga bisa.

Bila orang Indonesia yang berbicara bahasa Inggris (atau bahasa asing lainnya), tidak terdengar logat aslinya. Bila Negara-negara lain yang berbicara, mungkin akan terlihat kaku dan kita bisa menebak Negara asalnya, tetapi bila orang Indonesia, seakan tidak ada logatnya. Eh, pernyataan semacam ini bukan keluar dari mulut saya loh, melainkan dari seorang pembicara asli bahasa Inggris (native English speaker) dari Amerika, yang perkataannya tersebut saya ketahui dari sebuah artikel di sini. Dari artikel tersebut, telah terpampang dengan jelas bahwa orang Indonesia adalah pembicara bahasa asing terbaik. Entah ini karena apa. Mungkin ini adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa kepada kita orang Indonesia. Atau juga mungkin karena Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dengan berbagai logat, sehingga bila bertemu satu sama lain akan saling belajar logatnya satu sama lain, sehingga lidah kita sudah terbiasa untuk berbicara dengan berbagai logat. Yah, apapun yang membuat orang Indonesia memiliki lidah yang fleksibel, saya tetap akan mensyukurinya. Bersyukur bahwa saya dilahirkan di Indonesia dan dengannya saya memiliki lidah yang seharusnya membuat saya (dan kita) mahir untuk berbicara dalam berbagai bahasa. Tetapi, satu hal yang perlu diingat, walaupun nantinya kita bisa bicara dengan banyak bahasa, tetap jangan melupakan bahasa ‘ibu’ kita. Ingatlah apa yang tertuang pada Sumpah Pemuda poin ketiga.

“Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.”

Bahasa Indonesia, itulah bahasa kita, warga Negara Indonesia dengan segala kelebihan lidahnya, sehingga mampu memelajari berbagai bahasa di dunia. Jadi, apakah patut bila kita tidak cinta dan bersyukur sebagai orang yang terlahir di Indonesia? Apakah perlu kita mengeluh karena tidak dilahirkan di Negara yang bahasanya menjadi bahasa Internasional? Ataukah mengeluh karena kita tidak dilahirkan di Negara yang bahasanya merupakan bahasa Al-Qur’an? Apakah perlu, jika nyatanya kita bisa dengan mudah dan fasih untuk memelajarinya, sementara orang-orang dari Negara-negara tersebut belum tentu bisa fasih berbicara dengan bahasa kita (dan bahasa di luar mereka). Jadi, bukankah sudah sepatutnya bila kita bangga dan cinta menjadi bagian dari negeri ini?

DAFTAR PUSTAKA :


Anwar, Saiful. 2015. Wanita-Wanita Islam China Ini Hafal 30 Juz Al-Quran. http://www.pustakatahfidz.net/2015/01/wanita-wanita-islam-china-ini-hafal-30.html
Hasim, Muhammad. 2011. Orang Indonesia Pembicara Bahasa Inggris Terbaik di Dunia. http://novenrique.blogspot.com/2011/03/orang-indonesia-pembicara-bahasa.html
Swan, Anna. 2012. Ketika Orang Jepang Ngomong Inggris. http://www.annaswan.com/2012/06/ketika-orang-jepang-ngomong-inggris.html
Windiyanas. 2013. Mengapa Orang Korea Sulit Berbahasa Inggris. (https://windiyanas.wordpress.com/2013/09/26/mengapa-orang-korea-sulit-berbahasa-inggris-my-article/


You May Also Like

0 comments